Dag-Dig-Dug Estafet Pesantren
Majalah Tebuireng Edisi 72
Description:... Wafatnya Kiai dan Transisi Kepemimpinan Pesantren
Berita tentang kematian para kiai selama masa pandemi covid-19 terus kita dengar. Tidak jarang kiai yang berpulang adalah seorang pemimpin pesantren. Tentu kita semua berduka mendengarnya, namun duka ini tidak boleh membuat kita dan pesantren berhenti melangkah. Sebab, ada satu tugas yang menanti: meneruskan perjuangan mereka.
Dalam konteks kiai pemimpin atau pengasuh pesantren yang meninggal, tugas awal yang menanti adalah memilih pemimpin atau pengasuh baru. Dengan itu, transisi kepemimpinan pesantren terjadi. Tanpa perlu menyebut jumlah pasti, dapat kita perkirakan bahwa di masa ini banyak pesantren yang mengalami masa transisi ini. Fenomena inilah yang dibahas Majalah Tebuireng kali ini, “Wafatnya Kiai dan Transisi Kepemimpinan Pesantren”.
Kami menghadirkan berbagai perspektif untuk memandang fenomena wafatnya kiai. Yang tidak kalah penting, kami juga berusaha menghadirkan cara berpikir yang berimbang antara romantisme dan logis. Dari sisi romantisme, kematian kiai bisa kita analisis sebagai sebuah peringatan Tuhan atas ancaman degradasi keilmuan. Namun dari sisi logis, kita bisa mengatakannya sebagai fenomena alamiyah (sunnatullah) yang tentu tetap mengandung hikmah. Keberimbangan cara berpikir seperti ini adalah sesuatu yang penting agar tidak jatuh pada sisi berlebihan, entah berlebihan pada meratapi dan khawatir, atau berlebihan pada rasa abai dan tidak peduli.
Terlepas dari itu semua, PR di masa transisi bagi masyarakat pesantren adalah bagaimana sebaiknya memosisikan diri. Oleh karena itu, selain menggambarkan aneka ragam sistem pemilihan pengasuh baru di berbagai pesantren, tulisan pada edisi ini ditujuan untuk memberi pandangan dan inspirasi bagi masyarakat pesantren yang sedang menjalani masa transisi, baik bagi pengasuh, asatidz, pengurus, maupun para santri.
Tujuan ini kami upayakan tercapai melalui hadirnya rubrik wawancara eksklusif kepada pelaku sejarah, yaitu pengasuh baru di pesantren yang ditinggal wafat pengasuh sebelumnya. Harapannya, persaksian pelaku sejarah bisa memberikan gambaran objektif atas sepak terjang yang nyata dihadapi. Dengan mengetahui hal itu, kiranya bisa tergambar bagaimana sikap yang harus kita lakukan. Selamat membaca!
Show description