برای ثبت درخواست به انتهای صفحه مراجعه کنید.

Lekra Tak Membakar Buku

Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965

Description:...

"Di era Demokrasi Terpimpin (1959-1965), langit kebudayaan Indonesia dikuasai oleh Lekra de­ngan mengusung panji-panji agar semuanya diabdikan untuk mencapai tujuan revolusi yang belum ram­pung. Buku ini mencoba mengungkap kembali apa sebenarnya yang terjadi di era yang sarat gesekan itu" (Prof. Dr. M. Syafii Maarif, guru besar sejarah, cendekiawan Muslim dan mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta penerima Magsaysay Award 2008)


"Buku ini menarik terlepas dari sumber tunggal yang digunakan; memberikan informasi mengenai situasi Indonesia dari sudut pandang Harian Rakjat. Bagi sejarawan, buku ini menjadi sumber yang sangat berguna kalau mereka mau melakukan penelitian lanjut tentang peranan suratkabar, teru­tama pada periode Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin. Oleh karena itu, terlepas dari setuju atau tidak, buku ini merupakan salah satu buku yang sangat penting" (Dr. Anhar Gonggong, sejarawan)


"Kalau mau jujur, di masa Lekra-lah budaya kerakyatan itu menemukan 'masa keemasan'-nya. Hidup dan sangat bergairah. Di sana kebudayaan diarahkan sepenuhnya pada pemihakan yang jelas-tegas kepada kaum yang tertindas. Apalagi konsepsi 'seni untuk Rakyat' dalam konteks yang kongkrit itu didukung oleh koran progresif seperti Harian Rakjat. Jurnalisme yang terang-te­rang­an memproklamasikan diri berpihak pada kaum tertindas dan menentang secara terbuka filsafat-filsafat yang meracuni kebudayaan masyarakat. Koran ini juga yang dengan sadar me­nye­di­akan pentas seluas-luasnya untuk menampung pikiran-pikiran kebudayaan seperti sajak, esei, cerita pendek, drama, dan sebagainya, yang barangkali tak dimiliki koran-koran lain untuk ma­sa­nya. Buku ini berusaha menunjukan bagaimana jalan kebudayaan rakyat itu dikelola secara sek­sa­ma dengan menampilkan kekayaan wacana, refleksi, perdebatan budaya, lepas dari soal bahwa kemudian ideologi itu salah atau benar. Maka buku ini patut dibaca agar kita bisa menajamkan kembali pikiran budaya kita yang tak terlepas dari kepentingan rakyat. Sebab selama tak ada pemihakan yang jelas, selama itu pula seni untuk rakyat tak ada" (Dr. Sindhunata, budayawan dan penulis sejumlah buku)


"Buku ini penting dan menarik, sebab mencerminkan hasrat generasi muda negeri ini untuk me­nyu­suri kembali jejak sejarah bangsanya dari perspektif yang berbeda. Yaitu, dari perspektif yang lebih terbuka, lebih kritis, lebih kreatif dan lebih bersikap positif terhadap rakyat. Di sini ke­li­hatan bahwa jika dipercaya dan diberi kesempatan, rakyat Indonesia memiliki potensi yang lu­ar biasa untuk memajukan dan memakmurkan bangsanya. Sayang sekali potensi itu telah di­ba­bat oleh segelintir penguasa yang suka berkolaborasi dengan keserakahan modal asing sambil me­la­­yani kepentingan diri-sendiri. Buku ini dapat menjadi pendorong untuk menegakkan kem­ba­li kedaulatan rakyat Indonesia" (Dr. Baskara T. Wardaya SJ, Direktur PUSDEP, Pusat Sejarah dan Etika Politik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta)


"Sosialisme sebagai sumber pemihakan tani-buruh dan seni budaya pro rakyat jelata yang hilang paska 1965 kini hidup kembali. Buku ini memberikan kita jejak pemikiran dan kepedulian popu­lis yang berbasis kerakyatan itu" (Dr. Mudji Sutrisno, penggiat budaya dan pengajar studi filsafat di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia)


"Ini adalah terbitan yang punya makna penting bagi Indonesia di masa periode Demokrasi Ter­pim­pin. Nilai dari buku ini adalah bahwa ia dengan sangat hati-hati menggunakan/mengumpulkan bukti untuk menyingkirkan mitos tentang Lekra yang muncul sebelumnya. Setelah buku Keith Foulcher tentang Lekra yang terbit pada 1986, tak ada lagi studi yang komprehensif tentang subjek yang paling penting ini, sehingga kita sangat berterima kasih kepada penulisnya yang memberi gambaran yang jelas tentang sejarah kebudayaan Indonesia" (Prof. Dr. Adrian Vickers, Professor of Southeast Asian Studies School of Languages and Cultures)


"Riset ini membuka tabu; sebuah ruang ingatan yang ragu-ragu kita ketahui. Ragu karena trauma, ragu karena kegelapan, dan ragu karena hilangnya keberanian kritis untuk memeriksa masa lam­pau. Dengan caranya sendiri, serpihan tulisan ini mengantar kita untuk mengenal sebuah masa, tentang sebuah gerakan kebudayaan yang dengan keras kepala dan dengan kepercayaan penuh di­per­tahankan pemeluknya. Kisah tentang 'the true believers'" (Taufik Rahzen, budayawan, kurator seni rupa, dan penggiat festival)


Show description

* ایمیل (آدرس Email را با دقت وارد کنید)
لینک پیگیری درخواست ایمیل می شود.
شماره تماس (ارسال لینک پیگیری از طریق SMS)
نمونه: 09123456789

در صورت نیاز توضیحات تکمیلی درخواست خود را وارد کنید

* تصویر امنیتی
 

به شما اطمینان می دهیم در کمتر از 8 ساعت به درخواست شما پاسخ خواهیم داد.

* نتیجه بررسی از طریق ایمیل ارسال خواهد شد

ضمانت بازگشت وجه بدون شرط
اعتماد سازی
انتقال وجه کارت به کارت
X

پرداخت وجه کارت به کارت

شماره کارت : 6104337650971516
شماره حساب : 8228146163
شناسه شبا (انتقال پایا) : IR410120020000008228146163
بانک ملت به نام مهدی تاج دینی

پس از پرداخت به صورت کارت به کارت، 4 رقم آخر شماره کارت خود را برای ما ارسال کنید.
X