Buku Pemikiran 100 Ekonom Indonesia Edisi Kedua merupakan kumpulan tulisan para ekonom Indonesia yang diharapkan mampu memberikan kontribusi substantif, setidaknya dalam enam subjek penting dan beragam perspektif. Kontribusi substantif tersebut dibagi dalam enam bagian besar, yaitu (1) sinergi stimulus fiskal dan percepatan infrastruktur, (2) inklusi keuangan, (3) usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), industri dan persaingan usaha, (4) sumber daya manusia, daya saing dan kemandirian ekonomi, (5) pembangunan pertanian pedesaan, dan daerah tertinggal dan (6) tantangan mewujudkan kesejahteraan.
Bagian I dari buku Pemikiran 100 ekonom ini membahas sinergi stimulus fiskal dan percepatan infrastruktur, dengan argumen bahwa pengeluaran ekstra besar untuk percepatan pembangunan infrastruktur masih senantiasa dibayangi sekian macam risiko fiskal.
Bagian II membedah inklusi keuangan, karena para ekonom amat peduli pada tingkat suku bunga perbankan di Indonesia yang tercatat amat tinggi, yang tentu amat mempengaruhi akses keuangan, terutama bagi kelompok usaha kecil dan menengah.
Bagian III membahas UMKM, industri dan persaingan usaha dengan berbagai spektrum. Hampir semua ekonom sepakat tentang potensi besar UMKM sebagai basis ekonomi, termasuk revitalisasi koperasi sebagai amanat konstitusi untuk memajukan kesejahteraan umum, tantangan UMKM era disrupsi teknologi dan sebagainya.
Bagian IV membahas sumber daya manusia (SDM), daya saing dan kemandirian ekonomi, yang juga mendapat perhatian Pemerintah, setidaknya telah tercantum dalam rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024.
Bagian V menyoroti secara khusus pembangunan pertanian perdesaan, dan daerah tertinggal, yang selama beberapa tahun terakhir masih mengandalkan intervensi negara melalui APBN dan terlalu fokus pada program swasembada pajale (padi-jagung-kedelai).
Bagian VI atau terakhir membahas beberapa perspektif penting dan tantangan strategis dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Para ekonom cukup prihatin terhadap lambannya penurunan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan, walaupun kinerja pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen per tahun.