Buku Serial Mesir ke 6 ini berisi tentang catatan perjalanan saat shilaturahim ke kantor Kompas.com, bertemu dengan Founder Kompasiana, Kang Pepih Nugraha, ngobrol dengan Mas Wisnu Nugroho, Pimred Kompas.com. Shilaturahim bersama Mas Nurul yang menjadi CEO Kompasiana, hingga bertemu dengan para ‘jurnalis jalanan’ Kompasiana di Jakarta. Buku ini berisi juga catatan saat shilaturahim bersama Mbak Linda Djalil sebagai wartawan senior TEMPO dan pernah menjadi wartawan istana masa Presiden Soeharto, juga ngopi bersama Fadli Zon Gerindra saat bareng Mbak Linda.
Terdapat juga catatan Shilaturahim bersama Manajer NOKIA untuk wilayah Timur Tengah yang dipegang oleh orang Indonesia. Termasuk juga, catatan shilaturahim yang saya lakukan pada saat di Sumatra bertemu dengan pimpinan redaksi di Tribun Palembang yang masih satu atap dengan group Kompas. Terdapat catatan pada saat saya jalan-jalan di Dubai dan Bali. Artikel tentang Al-Azhar masih tercantum juga di dalam buku ini, juga catatan wisata dan sosial budaya dari masyarakat Mesir, hingga catatan saat bertemu Duta Besar Indonesia untuk Mesir.
Pertama kali yang menginspirasi saya untuk menulis catatan perjalanan selama belajar di Mesir adalah karena adanya rasa penasaran saya terhadap ayat-ayat yang berada di dalam al-qur’an. Batin saya bertanya-tanya, kenapa hampir semua kisah di dalam al-qur’an, hampir semuanya selalu ada kisahnya Nabi Musa dan beliau berada di Mesir? Ada apa sebenarnya dengan Mesir sehingga harus sering diceritakan di banyak ayat di dalam al-qur’an?. Dari sinilah, saya menulis apa saja yang terjadi, hampir setiap hari, mengisahkan tentang catatan perjalanan harian selama di Mesir.
Pada rentang waktu tahun 2009 hingga tahun 2012 saat di Mesir. Saya menjumpai beberapa kali kondisi pemerintahan negara Mesir. Pada tahun 2009, Mesir masih dipimpin oleh Presiden Hosni Mubarok yang notabene hampir sama kepemimpinannya dengan Pak Harto di Indonesia. Hosni Mubarok memimpin Mesir sekitar 30 tahun. Sehingga di buku seri pertama berjudul “926 Cairo”, catatan perjalanan saya terfokus pada keseharian yang saya lakukan sebagai mahasiswa Al-Azhar, juga pengalaman saat bekerja laundry kain-kain milik KBRI Cairo, juga membantu bekerja di salah satu perusahaan pengiriman eksport import dari Mesir ke Indonesia dan Thailand ke Mesir.
Catatan perjalanan ini saya tulis sebagai bentuk kenang-kenangan dari setiap waktu yang saya lalui saat menjadi mahasiswa Al-Azhar dimana pada saat yang sama saya harus banting tulang bekerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri di negeri orang, karena saya berangkat ke Mesir lewat jalur beasiswa yang hanya ditanggung biaya pendidikannya saja, sementara untuk biaya hidup harian harus mencari sendiri. Cerita secara detailnya, ada dalam beberapa artikel catatan perjalanan di dalam buku ini.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Motto ini menjadi penyemangat saya untuk membagikan catatan perjalanan ini untuk para pembaca buku ini. Saya berharap buku ini bisa memberikan banyak manfaat kepada siapa saja yang membacanya, juga memberikan keberkahan dengan inspirasi kebaikan yang semoga bisa dihadirkan dari setiap kisah perjalanan yang ada.
Pada buku seri kedua yang berjudul “Cairo Oh Cairo” banyak menjelaskan tentang catatan perjalanan saya berkeliling di kota-kota yang ada di Mesir, mulai dari kota yang dulunya menjadi ibu kota kerajaan Firaun, hingga kota yang menjadi ibu kota Mesir saat masa Yunani kuno. Yang paling menarik dari buku seri kedua adalah catatan perjalanan pada saat tahun 2011 sejak seluruh negara arab terkena dampak dari Arab Spring, dimana banyak dari penguasa-penguasa arab dikudeta oleh rakyatnya, termasuk diturunkannnya Presiden Husni Mubarok dari kursi presiden dan digantikan oleh Presiden Adli Mansour, hingga Presiden Mohamed Morsy. Saya menjadi salah satu korban tangkap militer Mesir saat itu, hingga beberapa kali diwawancarai oleh televisi tanah air. Catatan itu saya tulis secara rinci di buku seri kedua “Cairo Oh Cairo”.
Buku seri ketiga yang berjudul “Umroh Koboy” bercerita banyak tentang perjalanan saya bersama teman-teman dari Mesir yang melaksanakan umroh secara koboy alias modal nekat lewat jalur darat. Dalam perjalanan umroh lewat jalur darat, kami harus melewati beberapa negara, dari Mesir menuju hampir ke negara Sudan, lalu menyeberangi laut menuju negara Yordania dan lewat perbatasan Israel, hingga sampai di Saudi Arabia. Tahun 2012 adalah masa transisi banyak pemerintahan politik di negara-negara arab, sehingga perjalanan kami tidak semuanya mulus saat umroh koboy. Lebih lengkapnya, catatan perjalanan itu diungkap di buku seri ketiga “Umroh Koboy”.
Buku ke 4 berjudul “80 Coret Mesir” berisi catatan perjalanan tentang sosial budaya masyarakat Mesir. Saya berusaha mendiskripsikan segala sesuatu yang ada di Mesir. Mulai dari budaya keseharian mereka, hingga tempat-tempat menarik yang sering menjadi lokasi para wisatawan mancanegara berkunjung. Banyak kisah-kisah hikmah juga saya tuliskan yang terinspirasi dari Al-Qur’an dan Haditsnya Rosulullah Saw. Termasuk catatan pada saat saya kursus bahasa arab di Fajr Center for Arabic Language bersama teman-teman dari banyak negara dan catatan saat mengunjungi negara Thailand.
Buku serial Mesir ke 5 berjudul “Mesir 40 Dolar” ini berisi tentang banyak renungan yang saya lakukan pada saat di Mesir. Setiap apa yang saya lihat, saya pelajari, saya amati, berusaha saya renungkan dan saya tuliskan dalam bentuk catatan hampir setiap harinya. Di buku ini juga masih banyak memuat tentang catatan perjalanan tentang sosial budaya masyarakat Mesir. Negeri seribu Menara ini, tidak akan habis untuk dideskripsikan, sehingga buku ke 5 ini hanya sedikit mewakili dari kisah perjalanan selama 4 tahun yang saya alami selama di menjadi mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir yang merangkap sebagai pekerja cargo pengiriman dari Mesir ke Indonesia.