Tentu saja cinta yang dimaksudkan Islam adalah cinta yang sejati, bukan cinta palsu. Jalaluddin Rumi dikenal sebagai suf yang banyak berbicara tentang cinta, telah menjelaskan apa cinta sejati dan cinta palsu itu. Berikut cuplikan karya Rumi yang menggambarkan bagaimana cinta itu sesungguhnya. Rumi berujar,
Keindahan adalah setetes air yang berasal dari Lautan yang tak berwatas,
atau sebuah cahaya yang memantul pada dinding Semua keindahan berasal dari dunia lain,
yang ada di sini hanyalah kesementaraan dan pinjaman Keindahan yang sesungguhnya hanya ada pada Tuhan
Dalam syairnya ini, Rumi menjelaskan bahwa cinta pada kecantikan 2 dunia adalah cinta palsu. Cinta seperti ini hanya menghasilkan tujuan semu bagi manusia. Jika manusia mengejar dunia, manusia seperti mengejar fatamorgana, yang jika dikejar maka ia tidak akan pernah terjangkau. Karena akan menghilang begitu kita sampai di dekatnya. Begitu juga dengan cinta manusia pada dunia, manusia tidak akan pernah puas untuk terus memperbanyak harta dunia. Sebuah syair yang diungkapkan oleh Rumi yang menggambarkan tentang cinta dunia berbunyi,
Manusia merasakan cinta, derita, rasa sakit dan segala hasrat,
yang seandainya sekalipun seratus dunia telah menjadi miliknya, dia tetap terus mencari, tidak pernah istirahat atau menemukan ketenangan Orang-orang seperti ini menyibukkan diri sepenuhnya dengan segala kemampuan,
keahlian dan kedudukan; Mereka mempelajari astronomi, obat-obatan dan lain sebagainya,
Tapi mereka tidak pernah memperoleh rasa tenteram, sebab tujuan mereka belum tercapai Adapun Yang Tercinta,
bagaimanapun juga, adalah “ketenteraman hati,” Karena hati mencapai tujuan melalui-Nya. Maka,
bagaimana mungkin dia menemukan ketenteraman dan kedamaian melalui yang lain?