Menusantarakan Islam
Menelusuri Jejak Pergumulan Islam yang Tak Kunjung Usai di Nusantara
Description:... Sepanjang karier intelektualnya, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidak pernah menulis satu buku utuh yang secara khusus diperuntukkan sebagai eksposisi atas pemikiran-pemikiran genuine-nya. Karya-karyanya, yang hampir seluruhnya berupa artikel, pun tidak memiliki pretensi ambisius untuk membangun sebuah sistem teori. Sebagai guru bangsa, Gus Dur hanya bergulat dengan seabrek problematika umat dan berupaya membimbing mereka agar tetap berada di rel yang benar, dan khusus untuk model keberagamaan umat Islam Indonesia, ia namai rel itu sebagai “Islam pribumi”. Hasil pemikirannya ini telah menjadi salah satu cabang dari disiplin ilmu Islamic studies, yakni “Islam dan budaya lokal”, yang diajarkan di kampus-kampus Islam dalam negeri, dan lebih dari itu, Abdurrahman Wahid Studies didirikan setidaknya di beberapa kampus di Amerika Serikat dan Australia sebagai program studi bidang minat.
“Islam pribumi” itulah yang dikaji secara mendalam di dalam buku Menusantarakan Islam ini. Dengan keterampilannya membongkar satu artikel ke artikel lainnya karya Gus Dur, dalam satu tarikan napas, Aksin Wijaya memformulasikan secara ciamik pemikiran Gus Dur dengan bahasa yang lugas dan mudah dicerna. Lebih dari itu, Aksin Wijaya bahkan mengembangkan “Islam pribumi” Gus Dur dengan memberikan tekanan kontekstualisasi teoretis sedemikian rupa sehingga dapat dioperasionalkan dalam lingkungan keberislaman kita saat ini. Dengan kontekstualisasi itu, “Islam pribumi” Gus Dur mendapatkan wajah kontemporernya. Aksin Wijaya menamai pengembangan teoretiknya, yang ia anggap sebagai wajah baru Islam Nusantara, dengan nomenklatur “Islam antroposentris-transformatif”, yakni Islam yang otonom dari budaya Arab; otonom dari aliran, organisasi, dan lembaga keagamaan; Islam yang lebih membumi, lebih membela manusia, yakni Islam yang hanya punya satu tujuan utama: menyebarkan pesan damai.
Show description