Eksistensi Candi
Sebagai Karya Agung Arsitektur Indonesia di Asia Tenggara
Description:... Buku Eksistensi Candi sebagai Karya Agung Arsitektur Indonesia di Asia Tenggara merupakan telaah candi dari sudut pandang disiplin arsitektur yang dapat melengkapi referensi perihal percandian yang selama ini tinjauannya lebih bersifat antropologis dan arkeologis. Dengan ketekunan menggali arsitektur candi dapat dikenali konsep tatanan, geometri, sosok, unsur-unsur, dan proporsi candi yang menunjukkan kekhasan kekayaan kasanah arsitektural yang terdapat di Nusantara. Buku ini menunjukkan bahwa keunggulan tradisi arsitektur (candi) Indonesia telah memberi pengaruh kuat sampai ke mancanegara. Candi-candi besar di Jawa (seperti Prambanan dan Borobudur) diduga kuat telah menjadi rujukan desain kuil/candi di kawasan Asia Tenggara pada masa lalu. Dugaan tersebut membuka peluang untuk mengembangkan penelitian arsitektur Candi lebih lanjut yang diharapkan dapat lebih mengafirmasi pengaruh kuat arsitektur (candi di Indonesia) di kawasan Asia. Buku ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui dukungan RISTEKDIKTI (Hibah Kompetensi) dan LPPM Unpar. Pada tahun III penelitian difokuskan pada kegiatan membandingkan candi-candi utama Indonesia (Borobudur, Prambanan, Sewu) dan candi-candi di Kamboja (Pra-Angkor, Angkor, dan Angkor Akhir). Hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat dimunculkan pemahaman baru tentang eksistensi arsitektur Indonesia pada level internasional dengan tetap bertumpu dan digali dari kekayaan arsitektur Nusantara. Buku ini dapat menggugah semangat penghargaan terhadap rasa dan sikap nasionalisme yang kuat dan tradisi Indonesia melalui arsitektur, baik secara umum (sejarawan, arkeolog, dan sebagainya) maupun khususnya bagi para arsitek, akademisi-sarjana arsitektur Indonesia. Pengaruh globalissasi saat ini menunjukkan kesan adanya “pemindahan” gaya, sosok, dan konsep arsitektur asing anything goes, sementara pada masa lalu, Indonesia pernah menjadi pusat peradaban arsitektur yang kuat dan dirujuk di Asia Tenggara. Hal ini memang belum banyak ditulis. Bab I dan V merupakan pengembangan penelitian tentang arsitektur percandian oleh Rahadhian P.H., Bab II merupakan kajian Galih Andika, Bab III merupakan kajian Andreas Martinus, Bab IV merupakan kajian Nathanael W. Bab II, III, IV kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Indri Astrina, Dewi Mariana, Yuswadi Saliya, dan Rahadhian P.H. Sungguh sebuah pekerjaan rintisan yang patut diberi pujian. Tidak hanya berurusan dengan dalam negeri, tidak juga hanya berurusan dengan yang mancanegara, melainkan berurusan dengan keduanya. Kenapa tidak ada keberanian untuk mengatakan bahwa percandian di Kamboja adalah pengaruh dari Indonesia? Kenapa harus menunggu lebih dari enam puluh tahun untuk mengetahui dan menyadari bahwa ada langkah penelitian arsitektur yang membuahkan hasil cemerlang, padahal dengan cara yang bisa dilakukan oleh mahasiswa semester awal, yakni menjejerkan dan mendeskripsi? Semoga buku ini tidak bernasib seperti Wastu Citra dari Mangunwijaya yang ternyata tidak disentuh oleh sekolah arsitektur, padahal buah karya anak negeri dan berbahasa Indonesia. SELAMAT MENGKAJI DAN MEMBACA!
Show description